Selasa, 06 Desember 2016

ibadah haji

AL – ISLAM 3
IBADAH HAJI



OLEH :
Wulan Riskiana (15.0501.0027)
Riski aga pratama (15.0501.0016)



PRODI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MAGELANG
2015

KATA PENGANTAR
            Puji syukur kehadirat Allah S.W.T, berkat rahmat dan ridhoNya sehingga dapat menyelesaikan tugas Al-islam 3 (Al-islam kemuhammadiyahan ) dengan tanpa halangan suatu apapun. Tugas ini di susun sebagai persyaratan kelulusan mata kuliah Al-islam 3 semester tiga  fakultas teknik prodi industry universitas muhamadiyad magelang.
            Dalam penyusunan tugas ini penulis banyak mendapat saran, dorongan, bimbingan, serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, namun dapat membuka mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahunan tersebut adalah guru yang terbaik bagi penulis. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.
            Dalam penulisan akhir ini penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan tersebut, tidak menutup diri atas segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat kontruksif bagi diri penulis.
            Akhir kata semoga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, institusi, dan masyarakat luas aamiiin


Magelang, ……


Hormat,penulis

BAB I
HAKIKAT HAJI
Secara etimologis, haji berarti pergi menuju tempat yang di agungkan. Secara terminologis haji berarti bberibadah kepada Allah dengan melaksanakan manasik haji, yaitu perbuatan tertentu yang dilakukan pada waktu dan tempat tertetu dengan cara yang tertentu pula.
Pada hakikatnya hukum berhaji adalah fardu bagi laki laki dan wanita sekali seumur hidup.seperti dalil dari Al-quran
ولله على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيلا ومن كفر فإن الله غني عن العالمين.
Artinya : “mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup melakukan perjalanan ke baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah maha kaya (tidak memerlukan sesewatu) dari semest alam”.
Allah taalla mewajibkan haji bagi kaum muslim pada tahun ke Sembilan hijrah. nabi Saw melakukan haji hanya sekali, yaitu haji wada.
Rasulullah Saw bersabda “islam didirikan diatas lima dasar”. Dalam hadis lain Rasulullah Saw bersabda “tidak ada balasan haji mabrur kecuali surga”.seterusnya Rasullullah Saw bersabda “ barang siapa melaksanakan haji tanpa melakukan kejahatan seksual dan tidak melakukan tindakan kefasikan, maka ia kembali seperti baru di lahirkan oleh ibunya.
Juga sabda Rasulullah Saw “wahai manusia , sesungguhnya telah difardhukan kepadamu haji, oleh sebab itu berhajilah.” Kemudian seorang laki laki berdiri dan bertanya “wahai Rasulullah, apakah setiap tahun.” Rasulullah Saw hanya diam sampai pertanyaan tersebut di ulang tiga kali. Kemudian beliau bersabda ‘kalau aku jawab (ya) maka akan wajib dan kamu tidak akan mampu melaksanakannya.”
Umat islam sepakat haji adalah rukun islam yang ke lima, hukumnya adalah fardhu.menurut mayoritas ulama, fardhunya tidak bersifat segera, tetapi dapat di tunda dari awal waktu mampu melaksanakannya.

BAB II
SEJARAH HAJI
   Sejarah haji dalam islam bemula ribuan tahun lalu pada masa nabi Ibrahim As (1861-1686 sm) yang merupakan keturunan Sam Bin Nuh As (3900-2900sm). Ketika nabi Ibrahim pada usia senja beliau belum juga diberikan keturunan, sarah sedih dan meminta Ibrahim menikahi hajar.Allah Swt mengaruniainya seorang putra yang bernama ismail. Sarah tidak mampu menahan pilu hatinya karena tidak mendapatkan keturunan sepanjang perkawinannya dengan nabi Ibrahim As.
Nabi Ibrahim kemudian mengadukan permasalahannya kepada Allah Swt, lalu Allah Swt memerintahkannya membawa Ismail bersama Hjar menjauh dari Sarah. Ibrahim bertanya “ya Allah, kemana saya harus membawa keluarga saya “. Allah berfirman “ bawalah ketanah haramKu dan pengawasanKu, yang merupakan daratan pertama aku ciptakan dimuka bumi yaitu Mekkah.” Lalau jibril membawa kendaraan cepat kemudian membaw Hajar, Ismail dan nabi Ibrahim melewati suatu tempat yang  memiliki ladang kurma yang subur, ia meminta kepada jibril untuk berhenti, tetapi jibril selalu menjawab “teruskan lagi” dan “teruskan lagi”.sehingga sampai di mekah, jibril menurunkan mereka di posisi kabah. Dibawah sebuah pohon yang cukup melindungi hajar dan anaknya ismail dari terik matahari.
Selanjutnya nabi Ibrahim As bermaksud ke negri syam memenuhi istri pertama. Hajar merasa sedih akan di tinggal oleh suaminya “mengapa engkau menepatkan kami di sini.tempat yang sunyi dari manusia, hanya gurun pasir, tiada air, dan tiada tumbuh tumbuhan” Tanya hajar sambil memeluk erat bayinya ismail. Ibrahim menjawab “sesungguhnya Allah yang memeritahkan ku menempatkan kalian di sini”. Lalau Ibrahim beranjak pergi meninggalkan mereka.sehingga sampai di bukit kuday yang mempunyai lembah, Ibrahim berhenti sejenak dan melihat keluarga yang di tinggalannya.
Setelah Ibrahim pergi, tinggallah hajar bersama bayinya ismail, ketika sinar matahari mulai menyengat bayi ismail menangis kehausan. Hajarpun panil mencari air. Naluri keibuannya berusaha gigih mencari air. Awalnya hajar naik ke bukit safa tapi tidak menemukan air.lalu pergi lagi ke bukit marwahdan disanapun tidak menemukan air. Hajar panic dan sedikit putus asa, sehingga ia tidak menyadari telah tujuh kali berlari bolak bail antara bukit safa dan marwah, namun ia tidak menemukan air di antara dua tempat tersebut.
Akhirnya dari bukit marwah hajar melihat kea rah ismail, dia heran bayinya tiba tiba berhenti menangis. Diapun melihat air mengalir dari bawah kaki ismail.hajar berlari dengan girang menuju tempat bayinya. Dia berusaha mengali pasir, membendung air yang mengalir tersebut sambil melafalkan klaimat “Zam..Zam” (menampung). Sejak saat itu hingga sekarang, mata air tersebut dikenal seluruh penjuru dunia dengan sebutan sumur “zamzam”
Selanjutnya Allah Swt memerintahkan kepada Ibrahim untuk membangun Ka’bah pada posisi Qubah yang telah Allah turunkan kepada Nabi Adam. Tetapi Ibrahim tidak mengetahui posisi Qubah itu. Qubah tersebut telah diangkat kembali oleh Allah ketika banjir besar menimpa bumi pada masa Nabi Nuh as. Kemudian Allah Swt mengutus Jibril as untuk menunjukan kembali kepada Ibrahim posisi Ka’bah.  Jibril datang membawa beberapa komponen Ka’bah dari surga. Pemuda Ismail membantu ayahandanya mengangkat batu-batu dari bukit.
Kemudian ayah dan anak itu bekerja membangun Ka’bah sampai ketinggian tujuh hasta. Jibril lalu menunjukan kepada mereka posisi “Hajar Aswad”. Ibrahim meletakkan Hajar Aswad pada posisi semula. Lalu Ibrahim membuatkan dua pintu Ka’bah. Pintu pertama terbuka ke timur dan kedua terbuka ke barat.
Ketika selesai pembangunan Ka’bah, Ibrahim dan Ismail melakukan Ibadah Haji. Pada tanggal 8 Zulhijah, Jibril turun menemui dan menyampaikan pesan kepada Ibrahim. Jibril meminta Ibrahim mendistribusikan air Zamzam ke beberapa tempat seperti Mina dan Arafah. Maka hari itu disebut dengan hari “Tarwiyah” (pendistribusian air)
Sejak itu, kaum Muslimin melaksanakan ritual haji untuk berziarah ke Ka’bah setiap tahun. Ini mengikuti risalah Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as, serta risalah para nabi dan rasul setelah keduanya. Ritual suci ini berlangsung terus seperti pelaksanaan yang pernah dilakukan oleh Ibrahim dan Ismail.



BAB III
MENCAPAI HAJI MABRUR

Impian terbesar seluruh jamaah haji adalah ibadahnya diterima oleh Allah dan hajinya menjadi haji yang mabrur. Meraih haji mabrur harus di perjuangkan. Karena balasan haji mabrur adalah surga dambaan setiap umat Islam
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘ahu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Umroh ke umroh berikutnya merupakan pelebur dosa antara keduanya, dan tiada balasan bagi haji mabrur melainkan surga” [HR Bukhari : 1683, Muslim : 1349]

Haji Mabrur memiliki beberapa kriteria.
Untuk meraih haji mabrur, ada beberapa kriteria yang harus Anda penuhi, yaitu
1.     Ikhlas.
Seorang hanya mengharap pahala Allah, bukan untuk pamer, kebanggaan, atau agar dipanggil “pak haji” atau “bu haji” oleh masyarakat.
“Mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan” [Al-Bayyinnah : 5]
       2. Ittiba’ kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dia berhaji sesuai dengan tata cara haji yang dipraktekkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi pekara-perkara bid’ah dalam haji. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Contohlah cara manasik hajiku” [HR Muslim : 1297]
    3. Harta untuk berangkat haji adalah harta yang halal.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Sesungguhnya Allah itu baik, Dia tidak menerima kecuali dari yang baik” [HR Muslim : 1015]
4. Menjauhi segala kemaksiatan, kebid’ahan dan penyimpangan
“Barangsiapa menetapkan niatnya untuk haji di bulan itu maka tidak boleh rafats (berkata-kata tidak senonoh), berbuat fasik, dan berbantah-bantahan pada masa haji..”[Al-Baqarah : 197]
5. Berakhlak baik antar sesama, tawadhu’ dalam bergaul, dan suka membantu kebutuhan saudara lainnya.
Alangkah bagusnya ucapan Ibnul Abdil Barr rahimahullah dalam At-Tamhid (22/39) : “Adapun haji mabrur, yaitu haji yang tiada riya dan sum’ah di dalamnya, tiada kefasikan, dan dari harta yang halal” [Latho’iful Ma’arif Ibnu Rajab hal. 410-419, Masa’il Yaktsuru Su’al Anha Abdullah bin Sholih Al-Fauzan : 12-13]














BAB IV
HIKMAH HAJI DALAM BERBAGAI ASPEK
1.     Kepatuhan dan penyerahan kepada Allah semata.
Hikmah utama dari ibadah haji adalah sebagai bentuk Kepatuhan dan penyerahan diri kepada Allah. Ketika Allah memanggil kita, maka kita bergegas memenuhi panggilan tersebut walaupun harus menempuh perjalanan  jauh dengan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, meluangkan waktu yang sangat berharga dan meninggalkan keluarga dan harta benda.  Dengan demikian seorang haji akan selalu siap bila Allah memerintahkannya menjalankan tugas luhur dari Allah karena untuk memenuhi tugas yang sulitpun kita telah bersedia datang memenuhi panggilannya. 
2.     Meningkatkan kedisiplinan.
 Selama di tanah suci, jamaah haji dibiasakan untuk disiplin melaksanakan semua ritual haji dan sholat secara berjamaah di awal waktu dengan bersemangat. Kebiasaan disiplin tersebut diharapkan dapat melekat dalam kehidupan selanjutnya. Hasan al-Bashari berkata: Bersegerah, bersegeralah, sesungguhnya itulah napasmu, jika telah dihisab niscaya ia akan terputus darimu amal ibadahmu yang dengannya kamu mendekatkan diri kepada Allah swt, semoga Allah swt memberikan rahmat-Nya kepada seseorang yang merenungkan dirinya dan menangisi dosanya, kemudian ia membaca firman Allah swt:
karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti” (QS. Maryam: 84),

3.     Senantiasa Mengingat Kematian
 Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata: [Kematian ini menahan penduduk dunia dari kenikmatan dunia dan perhiasaannya yang mereka nikmati, sehingga tatkala mereka dalam keadaan seperti itu kematian datang menjemputnya, maka celaka dan merugilah orang yang tidak takut mati dan tidak mengingatnya di saat senang sehingga dapat memberikan kebaikan yang akan didapatinya setelah ia meninggalkan dunia dan para penghuninya].


4.     Senantiasa memperbanyak berdo’a kepada Allah swt,
 agar Dia selalu menetapkan kita dalam keta’atan,   meluruskan langkah dan senantiasa menjalani jalur agama-Nya yang benar. Rasulullah saw memperbanyak do’a kepada Allah swt agar menetapkannya di atas agama-Nya, Kebanyakan doa beliau adalah “Wahai Dzat Yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku berada diatas agama-Mu

5.     Motivasi peningkatan diri.
 Ibadah haji akan menumbuhkan motivasi untuk memperbaiki diri. Seseorang yang bergelimang dosa, sering putus asa dengan dosa-dosanya sehingga sering merasa sudah terlanjur dengan dosanya. Dengan jaminan Allah bahwa Haji akan menghapus dosa, seolah-olah kita disegarkan kembali, sehingga akan termotivasi untuk menjaga diri agar tidak membuat dosa lagi.
6.     Menumbuhkan jiwa sabar
 Kondisi yang dihadapi selama pelaksanaan ibadah haji akan menumbuhkan jiwa sabar. Dalam kondisi hampir 4 juta manusia berkumpul pada satu saat dan satu tempat maka fasilitas yang ada menjadi sangat terbatas. Setiap aktivitas membutuhkan kesabaran yang tinggi, mulai dari antri makan, ke toilet, dll.
7.     Menumbuhkan Solidaritas dan kebersamaan.
 Berkumpulnya ummat Islam dari seluruh dunia pada satu saat di satu tempat menumbuhkan jiwa solidaritas & kebersamaan. Kita akan bertemu dengan saudara Muslim dari seluruh dunia dalam kesederhanaan dan keberagaman. Kapan lagi bertemu dengan Muslim dari Kosovo, Uzbekistan, Kazakhstan, Mali, Nigeria, Bosnia Herzegovina, Turki, Kirgistan, China, India, Pakistan, Bangladesh, Afganistan. Walaupun ada perbedaan dalam tata cara ibadah, namun tidak membuat ikatan persaudaraan sesama muslim menjadi terhambat.
8.     Menjiwai perjuangan para rasul.
 Di Tanah suci kita akan mengunjungi tempat-tempat bersejarah para nabi dan rasul. Dengan menyaksikan tempat-tempat tersebut dan mempelajari sepak terjang mereka maka kita akan sampai pada tahapan ainul yakin dan haqul yakin sehingga menginspirasi kita untuk belajar dari para pendahulu.
BAB V
MAKNA SPIRITUAL HAJI
Sebagai sebuah ibadah yang sarat dengan simbol dan makna spiritual, sejatinya harus dipahami dengan benar oleh jamaah haji. Sebab dengan mengerti, memahami dan menghayati makna tersirat dari yang tersiratlah ibadah haji akan bermakna. Berhaji dengan ritual fisik tanpa memahami makna sama dengan ritual ulangan yang jauh dari nilai religiusitas. Dan itu adalah ibadah yang kering dengan makna. Seorang yang bergelar haji diharapkan menjadi agen perubahan untuk membawa manusia ke arah yang baik. Seorang yang bergelar haji adalah seorang yang telah memahami makna hidup dengan benar. Tentu perilaku dan tindak tanduknya secara kualitatif-kuantitatif menjadi baik. Akan menjadi antiklimaks apabila haji hanya dipahami sebagai ibadah simbol dan itu tidak termanifestasi dalam realitas kehidupan di masyarakat.



1 komentar: