AL – ISLAM 3
IBADAH HAJI
OLEH :
Wulan Riskiana (15.0501.0027)
Riski aga pratama (15.0501.0016)
PRODI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MAGELANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah S.W.T, berkat rahmat dan ridhoNya sehingga dapat menyelesaikan
tugas Al-islam 3 (Al-islam kemuhammadiyahan ) dengan tanpa halangan suatu
apapun. Tugas ini di susun sebagai persyaratan kelulusan mata kuliah Al-islam 3
semester tiga fakultas teknik prodi
industry universitas muhamadiyad magelang.
Dalam penyusunan
tugas ini penulis banyak mendapat saran, dorongan, bimbingan, serta
keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang merupakan pengalaman yang tidak
dapat diukur secara materi, namun dapat membuka mata penulis bahwa sesungguhnya
pengalaman dan pengetahunan tersebut adalah guru yang terbaik bagi penulis.
Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Dalam penulisan
akhir ini penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang dibuat baik
sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan
wawasan serta pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis mohon maaf atas
segala kekurangan tersebut, tidak menutup diri atas segala saran dan kritik
serta masukan yang bersifat kontruksif bagi diri penulis.
Akhir kata semoga
dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, institusi, dan masyarakat luas aamiiin
Magelang, ……
Hormat,penulis
BAB I
HAKIKAT HAJI
Secara etimologis, haji berarti pergi menuju tempat yang di
agungkan. Secara terminologis haji berarti bberibadah kepada Allah dengan
melaksanakan manasik haji, yaitu perbuatan tertentu yang dilakukan pada waktu
dan tempat tertetu dengan cara yang tertentu pula.
Pada hakikatnya hukum berhaji adalah fardu bagi laki laki dan
wanita sekali seumur hidup.seperti dalil dari Al-quran
ولله على الناس
حج البيت من استطاع إليه سبيلا ومن كفر فإن الله غني عن العالمين.
Artinya : “mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup melakukan perjalanan ke baitullah.
Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah maha kaya
(tidak memerlukan sesewatu) dari semest alam”.
Allah taalla mewajibkan haji bagi kaum muslim pada tahun ke
Sembilan hijrah. nabi Saw melakukan haji hanya sekali, yaitu haji wada.
Rasulullah Saw bersabda “islam didirikan diatas lima dasar”. Dalam
hadis lain Rasulullah Saw bersabda “tidak ada balasan haji mabrur kecuali
surga”.seterusnya Rasullullah Saw bersabda “ barang siapa melaksanakan haji
tanpa melakukan kejahatan seksual dan tidak melakukan tindakan kefasikan, maka
ia kembali seperti baru di lahirkan oleh ibunya.
Juga sabda Rasulullah Saw “wahai manusia , sesungguhnya telah
difardhukan kepadamu haji, oleh sebab itu berhajilah.” Kemudian seorang laki
laki berdiri dan bertanya “wahai Rasulullah, apakah setiap tahun.” Rasulullah
Saw hanya diam sampai pertanyaan tersebut di ulang tiga kali. Kemudian beliau
bersabda ‘kalau aku jawab (ya) maka akan wajib dan kamu tidak akan mampu
melaksanakannya.”
Umat islam sepakat haji adalah rukun islam yang ke lima, hukumnya
adalah fardhu.menurut mayoritas ulama, fardhunya tidak bersifat segera, tetapi
dapat di tunda dari awal waktu mampu melaksanakannya.
BAB II
SEJARAH HAJI
Sejarah haji dalam islam
bemula ribuan tahun lalu pada masa nabi Ibrahim As (1861-1686 sm) yang
merupakan keturunan Sam Bin Nuh As (3900-2900sm). Ketika nabi Ibrahim pada usia
senja beliau belum juga diberikan keturunan, sarah sedih dan meminta Ibrahim
menikahi hajar.Allah Swt mengaruniainya seorang putra yang bernama ismail.
Sarah tidak mampu menahan pilu hatinya karena tidak mendapatkan keturunan
sepanjang perkawinannya dengan nabi Ibrahim As.
Nabi Ibrahim kemudian mengadukan permasalahannya kepada Allah Swt,
lalu Allah Swt memerintahkannya membawa Ismail bersama Hjar menjauh dari Sarah.
Ibrahim bertanya “ya Allah, kemana saya harus membawa keluarga saya “. Allah
berfirman “ bawalah ketanah haramKu dan pengawasanKu, yang merupakan daratan
pertama aku ciptakan dimuka bumi yaitu Mekkah.” Lalau jibril membawa kendaraan
cepat kemudian membaw Hajar, Ismail dan nabi Ibrahim melewati suatu tempat
yang memiliki ladang kurma yang subur,
ia meminta kepada jibril untuk berhenti, tetapi jibril selalu menjawab
“teruskan lagi” dan “teruskan lagi”.sehingga sampai di mekah, jibril menurunkan
mereka di posisi kabah. Dibawah sebuah pohon yang cukup melindungi hajar dan
anaknya ismail dari terik matahari.
Selanjutnya nabi Ibrahim As bermaksud ke negri syam memenuhi istri
pertama. Hajar merasa sedih akan di tinggal oleh suaminya “mengapa engkau
menepatkan kami di sini.tempat yang sunyi dari manusia, hanya gurun pasir,
tiada air, dan tiada tumbuh tumbuhan” Tanya hajar sambil memeluk erat bayinya
ismail. Ibrahim menjawab “sesungguhnya Allah yang memeritahkan ku menempatkan
kalian di sini”. Lalau Ibrahim beranjak pergi meninggalkan mereka.sehingga
sampai di bukit kuday yang mempunyai lembah, Ibrahim berhenti sejenak dan
melihat keluarga yang di tinggalannya.
Setelah Ibrahim pergi, tinggallah hajar bersama bayinya ismail,
ketika sinar matahari mulai menyengat bayi ismail menangis kehausan. Hajarpun
panil mencari air. Naluri keibuannya berusaha gigih mencari air. Awalnya hajar
naik ke bukit safa tapi tidak menemukan air.lalu pergi lagi ke bukit marwahdan
disanapun tidak menemukan air. Hajar panic dan sedikit putus asa, sehingga ia
tidak menyadari telah tujuh kali berlari bolak bail antara bukit safa dan
marwah, namun ia tidak menemukan air di antara dua tempat tersebut.
Akhirnya dari bukit marwah hajar melihat kea rah ismail, dia heran
bayinya tiba tiba berhenti menangis. Diapun melihat air mengalir dari bawah
kaki ismail.hajar berlari dengan girang menuju tempat bayinya. Dia berusaha
mengali pasir, membendung air yang mengalir tersebut sambil melafalkan klaimat
“Zam..Zam” (menampung). Sejak saat itu hingga sekarang, mata air tersebut
dikenal seluruh penjuru dunia dengan sebutan sumur “zamzam”
Selanjutnya Allah Swt memerintahkan kepada Ibrahim untuk
membangun Ka’bah pada posisi Qubah yang telah Allah turunkan kepada Nabi Adam.
Tetapi Ibrahim tidak mengetahui posisi Qubah itu. Qubah tersebut telah diangkat
kembali oleh Allah ketika banjir besar menimpa bumi pada masa Nabi Nuh as.
Kemudian Allah Swt mengutus Jibril as untuk menunjukan kembali kepada Ibrahim
posisi Ka’bah. Jibril datang membawa beberapa komponen Ka’bah dari surga.
Pemuda Ismail membantu ayahandanya mengangkat batu-batu dari bukit.
Kemudian ayah dan anak itu bekerja membangun
Ka’bah sampai ketinggian tujuh hasta. Jibril lalu menunjukan kepada mereka
posisi “Hajar Aswad”. Ibrahim meletakkan Hajar Aswad pada posisi semula. Lalu
Ibrahim membuatkan dua pintu Ka’bah. Pintu pertama terbuka ke timur dan kedua
terbuka ke barat.
Ketika selesai pembangunan Ka’bah, Ibrahim
dan Ismail melakukan Ibadah Haji. Pada tanggal 8 Zulhijah, Jibril turun menemui
dan menyampaikan pesan kepada Ibrahim. Jibril meminta Ibrahim mendistribusikan
air Zamzam ke beberapa tempat seperti Mina dan Arafah. Maka hari itu disebut
dengan hari “Tarwiyah” (pendistribusian air)
Sejak itu, kaum Muslimin melaksanakan ritual
haji untuk berziarah ke Ka’bah setiap tahun. Ini mengikuti risalah Nabi Ibrahim
as dan Nabi Ismail as, serta risalah para nabi dan rasul setelah keduanya.
Ritual suci ini berlangsung terus seperti pelaksanaan yang pernah dilakukan
oleh Ibrahim dan Ismail.
BAB III
MENCAPAI HAJI
MABRUR
Impian terbesar
seluruh jamaah haji adalah ibadahnya diterima oleh Allah dan hajinya menjadi haji yang mabrur. Meraih haji
mabrur harus di perjuangkan.
Karena balasan haji mabrur adalah surga dambaan setiap umat Islam
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘ahu bahwasanya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Umroh ke umroh berikutnya merupakan
pelebur dosa antara keduanya, dan tiada balasan bagi haji mabrur melainkan
surga” [HR Bukhari : 1683, Muslim : 1349]
Haji Mabrur memiliki beberapa kriteria.
Untuk meraih haji mabrur, ada beberapa kriteria yang harus Anda penuhi, yaitu
Haji Mabrur memiliki beberapa kriteria.
Untuk meraih haji mabrur, ada beberapa kriteria yang harus Anda penuhi, yaitu
1.
Ikhlas.
Seorang hanya mengharap pahala Allah, bukan untuk pamer,
kebanggaan, atau agar dipanggil “pak haji” atau “bu haji” oleh masyarakat.
“Mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah
dengan penuh keikhlasan” [Al-Bayyinnah : 5]
2. Ittiba’ kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Dia berhaji sesuai dengan tata
cara haji yang dipraktekkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
menjauhi pekara-perkara bid’ah dalam haji. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda.
“Contohlah cara manasik hajiku”
[HR Muslim : 1297]
3. Harta untuk berangkat haji adalah harta
yang halal.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Sesungguhnya Allah itu baik, Dia tidak menerima kecuali dari
yang baik” [HR Muslim : 1015]
4. Menjauhi segala kemaksiatan, kebid’ahan dan penyimpangan
“Barangsiapa menetapkan niatnya untuk haji di bulan itu maka
tidak boleh rafats (berkata-kata tidak senonoh), berbuat fasik, dan
berbantah-bantahan pada masa haji..”[Al-Baqarah : 197]
5. Berakhlak baik antar sesama, tawadhu’ dalam bergaul, dan suka
membantu kebutuhan saudara lainnya.
Alangkah bagusnya ucapan Ibnul Abdil Barr rahimahullah dalam
At-Tamhid (22/39) : “Adapun haji mabrur, yaitu haji yang tiada riya dan sum’ah
di dalamnya, tiada kefasikan, dan dari harta yang halal” [Latho’iful Ma’arif
Ibnu Rajab hal. 410-419, Masa’il Yaktsuru Su’al Anha Abdullah bin Sholih
Al-Fauzan : 12-13]
BAB IV
HIKMAH HAJI DALAM BERBAGAI ASPEK
1.
Kepatuhan dan
penyerahan kepada Allah semata.
Hikmah utama
dari ibadah haji adalah sebagai bentuk Kepatuhan dan penyerahan diri kepada
Allah. Ketika Allah memanggil kita, maka kita bergegas memenuhi panggilan
tersebut walaupun harus menempuh perjalanan jauh dengan mengeluarkan
biaya yang tidak sedikit, meluangkan waktu yang sangat berharga dan
meninggalkan keluarga dan harta benda. Dengan demikian seorang haji akan
selalu siap bila Allah memerintahkannya menjalankan tugas luhur dari Allah
karena untuk memenuhi tugas yang sulitpun kita telah bersedia datang memenuhi
panggilannya.
2. Meningkatkan kedisiplinan.
Selama di tanah suci, jamaah haji dibiasakan untuk
disiplin melaksanakan semua ritual haji dan sholat secara berjamaah di awal
waktu dengan bersemangat. Kebiasaan disiplin tersebut diharapkan dapat melekat
dalam kehidupan selanjutnya. Hasan al-Bashari berkata: Bersegerah,
bersegeralah, sesungguhnya itulah napasmu, jika telah dihisab niscaya ia akan
terputus darimu amal ibadahmu yang dengannya kamu mendekatkan diri kepada Allah
swt, semoga Allah swt memberikan rahmat-Nya kepada seseorang yang merenungkan
dirinya dan menangisi dosanya, kemudian ia membaca firman Allah swt:
“karena
sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan
perhitungan yang teliti” (QS. Maryam: 84),
3.
Senantiasa Mengingat
Kematian
Umar bin
Abdul Aziz rahimahullah berkata: [Kematian ini menahan
penduduk dunia dari kenikmatan dunia dan perhiasaannya yang mereka nikmati,
sehingga tatkala mereka dalam keadaan seperti itu kematian datang menjemputnya,
maka celaka dan merugilah orang yang tidak takut mati dan tidak mengingatnya di
saat senang sehingga dapat memberikan kebaikan yang akan didapatinya setelah ia
meninggalkan dunia dan para penghuninya].
4.
Senantiasa memperbanyak
berdo’a kepada Allah swt,
agar Dia
selalu menetapkan kita dalam keta’atan, meluruskan langkah dan
senantiasa menjalani jalur agama-Nya yang benar. Rasulullah saw memperbanyak
do’a kepada Allah swt agar menetapkannya di atas agama-Nya, Kebanyakan doa
beliau adalah “Wahai Dzat Yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku
berada diatas agama-Mu”
5.
Motivasi
peningkatan diri.
Ibadah
haji akan menumbuhkan motivasi untuk memperbaiki diri. Seseorang yang
bergelimang dosa, sering putus asa dengan dosa-dosanya sehingga sering merasa
sudah terlanjur dengan dosanya. Dengan jaminan Allah bahwa Haji akan menghapus
dosa, seolah-olah kita disegarkan kembali, sehingga akan termotivasi untuk
menjaga diri agar tidak membuat dosa lagi.
6.
Menumbuhkan
jiwa sabar
Kondisi
yang dihadapi selama pelaksanaan ibadah haji akan menumbuhkan jiwa sabar. Dalam
kondisi hampir 4 juta manusia berkumpul pada satu saat dan satu tempat maka
fasilitas yang ada menjadi sangat terbatas. Setiap aktivitas membutuhkan
kesabaran yang tinggi, mulai dari antri makan, ke toilet, dll.
7.
Menumbuhkan
Solidaritas dan kebersamaan.
Berkumpulnya
ummat Islam dari seluruh dunia pada satu saat di satu tempat menumbuhkan jiwa
solidaritas & kebersamaan. Kita akan bertemu dengan saudara Muslim dari
seluruh dunia dalam kesederhanaan dan keberagaman. Kapan lagi bertemu dengan
Muslim dari Kosovo, Uzbekistan, Kazakhstan, Mali, Nigeria, Bosnia Herzegovina,
Turki, Kirgistan, China, India, Pakistan, Bangladesh, Afganistan. Walaupun ada
perbedaan dalam tata cara ibadah, namun tidak membuat ikatan persaudaraan
sesama muslim menjadi terhambat.
8.
Menjiwai
perjuangan para rasul.
Di Tanah
suci kita akan mengunjungi tempat-tempat bersejarah para nabi dan rasul. Dengan
menyaksikan tempat-tempat tersebut dan mempelajari sepak terjang mereka maka
kita akan sampai pada tahapan ainul yakin dan haqul yakin sehingga
menginspirasi kita untuk belajar dari para pendahulu.
BAB V
MAKNA
SPIRITUAL HAJI
Sebagai sebuah
ibadah yang sarat dengan simbol dan makna spiritual, sejatinya harus dipahami
dengan benar oleh jamaah haji. Sebab dengan mengerti, memahami dan menghayati
makna tersirat dari yang tersiratlah ibadah haji akan bermakna. Berhaji dengan
ritual fisik tanpa memahami makna sama dengan ritual ulangan yang jauh dari
nilai religiusitas. Dan itu adalah ibadah yang kering dengan makna. Seorang
yang bergelar haji diharapkan menjadi agen perubahan untuk membawa manusia ke
arah yang baik. Seorang yang bergelar haji adalah seorang yang telah memahami
makna hidup dengan benar. Tentu perilaku dan tindak tanduknya secara kualitatif-kuantitatif
menjadi baik. Akan menjadi antiklimaks apabila haji hanya dipahami sebagai
ibadah simbol dan itu tidak termanifestasi dalam realitas kehidupan di
masyarakat.
terimakasih kak, sangat membatu saya dalam referensi tugas
BalasHapus